ASEAN Beragam Memandang China
JAKARTA - China dan negara-negara Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) memang sudah sepakat membentuk kerja sama zona perdagangan bebas. Namun, masih ada penghambat hubungan ASEAN-China; seperti faktor psikologis yang masih kuat."Sikap ASEAN kepada China belum seragam. Indonesia, Vietnam, Kamboja, Burma, masih berbeda-beda pandangannya. Burma jelas masih sangat kuat hubungannya dengan China," kata Evan A Laksmana, peneliti dari CSIS, seusai acara Lectures by the China Foreign Affairs University di Gedung Sekretariat ASEAN, Kamis (17/12).
Dia mencontohkan ASEAN akan tetap kesulitan untuk menggandeng China apabila belum ada kesatuan sikap. "Untuk mengatasi masalah Burma, misalnya, akan sulit karena China sangat kuat pengaruhnya di Burma, terutama karena kerja sama energi," ujarnya."ASEAN plus Three tidak akan efektif karena India bertentangan dengan China dalam kepentingan Burma, karena saling berebut kepentingan dan pengaruh di Burma," ujarnya.
Menurut Evan, Indonesia sebenarnya dapat mengambil keuntungan dari pertumbuhan ekonomi China yang sangat pesat. "China dapat berinvestasi di Indonesia dengan dasar kepercayaan yang kuat," ungkapnya.Evan menggambarkan apabila Indonesia ingin mendapatkan kepercayaan dari China, seharusnya diikuti dengan menunjukkan sikap positif. "Caranya misalnya jangan sampai ada lagi kerusuhan anti-China" ujarnya merujuk pada kerusuhan bernuansa etnis pada 1998 lalu.Evan menambahkan faktor psikologis masih sangat berpengaruh kuat. "Walaupun lndo-nesia sudah menunjukkan fakta-fakta secara ekonomi, China masih sangat sensitif dengan masalah psikologis," jelasnya.
Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan menegaskan negara-negara di Asia Tenggara perlu memanfaatkan China yang tengah tumbuh dengan mengembangkan kerja sama dari berbagai sektor.
Masalah Domestik
Walaupun China sekarang ini sangat kaya, Heng Xiojun, profesor dari China Foreign Affairs University, menyatakan China sebenarnya mengalami problem dalam negeri yang cukup pelik."Pertumbuhan ekonomi China yang sangat pesat ini juga membawa masalah karena diikuti dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat pula. Sekarang China berpenduduk 1,6 miliar jiwa. Dan dengan penduduk sebanyak itu, masalah yang ada di China sangat beragam dan ndak mungkin dapat diselesaikan sendiri, tetapi harus bekerja sama dengan negara lain," terangnya.
Heng Xiojun menuturkan masalah padatnya penduduk di China menyebabkan terjadi kesenjangan pendapatan. "Banyak orang berbondong-bondong pindah ke daerah kota. Padahal, di kota besar seperti Beijing, misalnya, penduduknya sudah mencapai 70 juta orang dan hal ini menimbulkan banyak masalah dari ekonomi, lingkungan, pembangunan, kesehatan, dan lain-lain," tandasnya.Menjulangnya tingkat kesenjangan ekonomi dan sosial di China membuat Pemerintah China harus menerapkan berbagai kebijakan dengan belajar dari negara lain. "Untuk masalah lingkungan, misalnya, China sadar tidak dapat mengatasi dampak perubahan iklim sendirian," jelasnya.
Oleh karena itu, dalam konferensi perubahan iklim di Ko-penhagen, Denmark, Pemerintah China sepakat mendukung apa pun setiap usaha mengatasi perubahan iklim."Kita akan berusaha membantu mengatasi perubahan iklim, terutama di negara-negara berkembang. Bukan hanya masalah dana, tetapi juga masalah teknologi imtuk meminimalisasi emisi karbon," tandasnya.
HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN JERMAN
Antara orang Jerman dan Indonesia terjalin sejarah yang panjang, sudah dimulai sejak abad ke-16 ketika para pedagang Jerman yang menumpang kapal-kapal Belanda maupun Portugis mendatangi wilayah yang dahulu dikenal dengan sebutan Hindia Timur. Selama masa penjajahan Belanda ribuan orang Jerman datang ke Indonesia, baik sebagai pegawai bagian administrasi di bawah Koloni Belanda, maupun sebagai insinyur, tenaga teknis serta tidak ketinggalan sebagai peneliti dan ilmuwan.
Industri Jerman telah ada sejak pertengahan abad ke-19 di Indonesia. Setelah tahun 1945 para pengusaha Jerman, tenaga ahli Jerman di bidang kerja sama pembangunan maupun bidang pendidikan dan penelitian, serta pertukaran akademis yang intensif melanjutkan hubungan Jerman dan Indonesia yang selama ini baik.
A. Hubungan bilateral antar kebudayaan
Perubahan situasi politik yang terjadi sejak tahun 1998, telah membawa Indonesia pada suatu perkembangan kebudayaan yang dinamis. Dalam hal mana Goethe-Institut Jakarta (yang memiliki cabang di kota pelajar Bandung) mempunyai peranan penting. Goethe Institut mengorganisir berbagai kegiatan dalam hampir segala bidang kebudayaan, apakah itu musik, film, pameran, tari ataupun teater. Proyek-proyek tersebut tidak terbatas hanya sebagai perantara kebudayaan Jerman, tetapi dengan ikut sertanya seniman dan seniwati Indonesia pada lokakarya dan semacamnya, terjalinlah suatu dialog yang hidup antar dua kebudayaan. Dalam lingkup yang lebih kecil Kedutaan Besar Jerman juga menyelenggarakan berbagai konser dan pameran.
Beberapa perkumpulan kebudayaan Jerman-Indonesia juga menyelenggarakan pameran dan proyek lainnya di Jerman dan di Indonesia. Cukup banyak seniman dan seniwati Jerman, yang terinspirasi oleh pesona Indonesia dan kemudian dituangkan dalam karya mereka. Mereka juga memiliki sanggar dan bengkel seni di sini. Mengikuti tradisi pelukis dan pemusik Walter Spies (1895 – 1942) banyak di antara para seniman Jerman yang menetap di Bali.
Satu unsur penting hubungan kebudaayan selanjutnya adalah kerja sama di bidang perguruan tinggi. Sejak tahun 1945 kira-kira 20.000 pelajar Indonesia melanjutkan studi mereka di Jerman. Antara banyak universitas Jerman dan Indonesia telah terjalin suatu kerja sama yang erat dalam bidang penelitian dan pengajaran. Pemerintah Republik Federal Jerman sangat berkeinginan, agar mahasiswa yang berkualifikasi dapat melanjutkan studi mereka di Jerman. Meskipun mendapat persaingan ketat dari universitas di kawasan Anglo-Saxon (negara berbahasa Inggris), sejak beberapa waktu yang lalu di Indonesia telah berhasil dicapai suatu perkembangan yang patut diperhatikan. Berkat usaha DAAD dan Kedutaan Besar Jerman jumlah orang Indonesia yang melanjutkan studi mereka di perguruan tinggi Jerman yang berjumlah 2.000 orang. (http://www.jakarta.diplo.de/Vertretung/jakarta/id/06/Bilaterale__Kulturbeziehungen/Bilaterale__Kulturbeziehungen.html)
B. Hubungan ekonomi bilateral
Hubungan ekonomi antara Indonesia dan Jerman memiliki tradisi yang baik, cukup lama dan intensif. Jerman memiliki hubungan yang lebih tua dan lebih dalam ke Indonesia daripada ke negara-negara lainnya di Asia Timur atau Tenggara. Sejak abad ke 16 telah banyak saudagar, ilmuwan, dokter, misionaris, tentara dan pegawai dari Jerman yang tinggal di Indonesia. Kehadiran perekonomian Jerman di Indonesia sudah dimuali sejak abad ke 19 (Siemens 1855, Krupp 1876).
Perekonomian Republik Federal Jerman terintegrasi secara internasional, tidak seperti perekonomian dari sebagian besar negara lainnya yang tidak begitu terintegrasi ke dunia internasional. Pada saat ini perusahaan-perusahaan Jerman menghasilkan kira-kira sepertiga omset mereka melalui perdagangan dengan luar negeri – tendensinya naik. Masa depan lokasi bisnis Jerman dan banyak pabrik tergantung dari perdagangan luar negeri yang dinamis. Oleh karenanya persaingan bebas, pasar terbuka dan persyaratan yang mendukung perdagangan dan investasi sangat menentukan.
Demi tujuan tersebut Bagian Ekonomi Kedutaan dan Perkumpulan Ekonomi Indonesia-Jerman EKONID berusaha menjadi kontak person yang terpenting di Indonesia bagi para pelaku bisnis dari Jerman. Mereka juga mendapatkan dukungan dari koresponden Kantor Federal Ekonomi Luar Negeri (bfai) yang juga berkedudukan di Jakarta, seperti halnya Lembaga Kredit untuk Pembangunan Kembali (Kreditanstalt für Wiederaufbau – KfW).
C. Tujuan politik pembangunan Jerman
Tujuan politik pembangunan Jerman adalah untuk memperbaiki situasi kehidupan masyarakat, terutama masyarakat miskin, di negara-negara mitra kami.
Politik tersebut mengikuti cita-cita pembangunan global yang berkesinambungan, yang dimana generasi sekarang memiliki kemungkinan untuk berkembang, tanpa membatasi kesempatan generasi mendatang.
Pembangunan global yang berkesinambungan mensyaratkan tiga hal penting yang harus terpenuhi:
· Pertumbuhan ekonomi yang produktif
· Keadilan sosial dan
· Ekologi yang berkesinambungan
Kerjasama pembangunan membantu penerapan ketiga tujuan ini di negara-negara mitra dengan pemberantasan kemiskinan, peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan pengembangan sektor privat dan perlindungan dasar kehidupan alam.
Tujuan pembangunan global yang berkesinambungan hanya akan tercapai, apabila reformasi dan penyesuaian struktur di negara-negara industri yang diperlukan terjadi di setiap level. Oleh karenanya usaha kami dalam (membentuk) kerjasama dengan mitra-mitra kami harus didukung oleh para politisi di dalam negeri. Ini merupakan hal yang terpenting yaitu mengenai kepercayaan dan juga pandangan masa depan politik pembangunan. Selain itu, reformasi dalam negeri di negara-negara industri memberikan ruang gerak finansial bagi kelanjutan bantuan luar negeri dalam jangka panjang.
Politik pembangunan merupakan tugas bersama yang memerlukan/mensyaratkan tujuan bersama. Politik tersebut membentuk kerangka bagi kerjasama dengan negara-negara mitra. Tujuan global tersebut ditetapkan dalam konferensi-konferensi internasional. Masyarakat internasional telah memformulasikan tujuan bersama mereka dalam puncak milenium di New York, dalam konferensi PBB di Monterrey tentang pembiayaan pembangunan dan dalam konferensi berkesinambungan di Johannesburg.
Republik Federal Jerman telah berkomitmen untuk andil secara aktiv dalam mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. Program Aksi 2015 lintas instansi merupakan instrumen sentral Pemerintah Jerman dalam rangka memenuhi tugas-tugas tersebut. Program aksi tersebut berorientasi kepada tiga Tujuan utama yaitu memerangi kemiskinan, mengamankan perdamaian, pelaksanaan globalisasi dengan adil. Penanggungjawab adalah Kementrian Federal Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ).
D. Kerja sama pengembangan politik bersama Indonesia
Indonesia menjadi mitra penting bagi Jerman dalam kerjasama pengembangan politik. Jerman dengan kontribusinya sebesar 3 milyar euro merupakan mitra bilateral kedua terbesar setelah Jepang. Termasuk dalam jumlah ini adalah kontribusi bagi pengembangan gereja, yayasan-yayasan politik dan LSM (Organisasi Non-Pemerintah) lainnya.Melalui instrumen multilateral seperti PBB, Bank Dunia, ADB (Bank Pembangunan Asia) dan Dana Pembangunan Uni Eropa, Jerman juga membantu program-program pembangunan di Indonesia dalam jumlah yang cukup besar.
Kerjasama antara Indonesia dengan Jerman telah terbentuk sejak tahun limapuluhan. Aktivitas pendamping proses reformasi Indonesia terkonsentrasi dengan sangat baik sejak beberapa tahun ini di Provinsi Jawa Tengah, Yogyakarta serta NTB dan NTT dengan tingkat pembangunan yang lemah di Timur Indonesia.
Kerjasama Pembangunan dengan Indonesia terkonsentrasi pada tiga bidang utama berikut yang isinya telah ditetapkan dan disusun bersama-sama dengan mitra Indonesia. Naskah strategi utama (SSP) untuk setiap bidang yang telah disusun bersama membentuk kerangka konsep kerjasama:
· Bidang kesehatan termasuk keluarga berencana dan pencegahan HIV/AIDS – titik pusat kerjasama pembangunan Indonesia-Jerman terletak pada perbaikan akses pelayanan kesehatan yang memadai termasuk dari segi pembiayaan bagi penduduk miskin;
· Bidang reformasi perekonomian – kerjasama pembangunan Indonesia-Jerman terkonsentrasi pada dukungan perekonomian regional di wilayah-wilayah dengan struktur yang lemah dengan tujuan mencapai pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, penggunaan sumber alam yang berkesinambungan serta mendukung instrumen pembiayaan yang efektif;SSP bidang reformasi perekonomian.
· Bidang transportasi – peningkatan mobilitas bagi penduduk berpendapatan rendah menjadi titik pusat kerjasama pembangunan Indonesia-Jerman, dimana kegiatannya dikonsentrasikan pada angkutan penumpang kapal laut dan angkutan penumpang jarak dekat.;SSP bidang transportasi
Dalam tema (pokok) desentralisasi, kerjasama pembangunan Indonesia-Jerman mendampingi proses desentralisasi yang luas di Indonesia, dimana pada tahun 2001 terjadi pelimpahan tanggung jawab atas perencanaan pembangunan, anggaran dan personil sekaligus dari pusat ke daerah. Untuk tema pokok ini juga telah disusun naskah strategi.
Yayasan-yayasan politik Jerman yang aktif di Indonesia (Yayasan Friedrich Ebert, Yayasan Friedrich Naumann, Yayasan Konrad Adenauer, Yayasan Hanns Seidel) serta PT. Pendidikan Kelanjutan dan Pengembangan Internasional non profit (InWEnt) dan Pusat Migrasi Internasional (CIM) juga memberikan kontribusi yang penting, terutama dalam tema-tema tersebut.
Saat ini terdapat sekitar 32 proyek kerjasama teknik (TZ) dan keuangan (FZ), dimana 36 tenaga ahli dipekerjakan untuk jangka waktu lama dan sekitar 160 tenaga ahli untuk jangka waktu pendek setiap tahunnya. Selain itu terdapat 24 tenaga ahli yang terintegrasi dan diperoleh dari Pusat Migrasi Internasional (CIM). Dengan sekitar 20 penugasan setiap tahun, SES membantu kualifikasi tenaga ahli dan pemimpin perusahaan kecil dan menengah di Indonesia.
Kerjasama personil dilaksanakan oleh PT. InWEnt non profit, Pendidikan Kelanjutan dan Pengembangan Internasional – yang lahir dari peleburan Carl Duisberg Gesellschaft (CDG) dan Yayasan Jerman bagi Pembangunan Internasional (DSE) – dengan mengutamakan program yang berorientasi ke praktek. Penawaran program yang berguna untuk meningkatkan kualifikasi bekerja ini diikuti oleh sekitar 700 peserta dari
0 komentar:
Posting Komentar